OLEH NY.TITIN SATRIYA HARI PRASETYA
KETUA BHAYANGKARI DAERAH JAMBI
Hitam, Sarolangun, Jambi. Empat tahun lalu saya melakukan kunjungan pribadi ke daerah Suku
Anak Dalam, ketika itu saya Wakil Ketua Bhayangkari Daerah Jambi.
Kesempatan kedua, saat saya sebagai Ketua Bhayangkari Daerah Jambi bersama
pengurus daerah Bhayangkari daerah Jambi, pengurus cabang Bhayangkari Sarolangun,
tim penggerak PKK Kabupaten Sarolangun, serta tim medis Kabib Dokkes Polda Jambi,
mengadakan kegiatan bakti sosial kesehatan dan memberikan bantuan sembako kepada Warga
Suku Anak Dalam di Desa Air Hitam, Sarolangun, Jambi. Dan inilah kesempat ketiga, yakni
pada tanggal 7 maret 2014, saya kembali mengunjungi daerah itu dan bersilahtirahim dengan
warga desa dan tokoh masyarakat.
Tulisan ini adalah pengalaman pribadi saya melihat dari dekat Suku Anak Dalam dari
tiga kali kunjungan. Perbedaan yang saya lihat ketika empat tahun lalu, saat itu anak-anak masih
belajar di pendopo, sekarang sudah lebih baik karena sudah didalam kelas. Perbedaan lainnya,
saat melintas di desa tersebut, saya mulai melihat ada beberapa bangunan rumah tinggal Warga
Suku Anak Dalam.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya suku ini sering berpindah-pindah tempat tinggal.
Rumah itu terbuat dari kayu, ada rumah panggung dan ada juga rumah atapnya rumbia. Yang
masih sama dari empat tahun lalu adalah belum adanya sentuhan penerangan listrik, juga kondisi
jalan ke desa itu masih tetap memprihatikan. Sebagai perempuan saya juga merasa prihatin,
melihat keberadaan perempuan muda di desa itu yang umumnya kawin muda. Beberapa anak
sampai kedaerah ini Kota Jambi ditempuh waktu sekitar 4,5 jam dengan naik kendaraan roda
empat. Dari kota Jambi menuju Kabupaten Sarolangun jarak tempuh 179 km atau ditempuh
sekitar tiga jam.
Kondisi jalan yang kami lalui ke desa ini masih jalan tanah, di beberapa jalan rusak
dibentangkan kayu dan papan agar bisa dilewati kendaraan. Kalau musim hujan jalanan tambah
rusak, hanya bisa dilewati mobil double cabin.
Di desa tersebut kami disambut layaknya tamu. Di tempat itu sudah berkumpul Warga Suku
Anak Dalam, termasuk anak-anak menyambut kehadiran kami dengan riang, “wajib bagi kami
menghormati tamu yang masuk kedaerah kami. Sebagai penghormatan, kami menyambut tamu
dengan Tari elang dan sialat siamang,” ujar H.Tarib, tokoh kelompok Suku Anak Dalam Air
Hitam yang pernah menerima penghargaan kapaltaru dari Presiden SBY tahun 2006 dengan
ramah.
kelompok, papar tarib terdiri dari sekitar 20-30 bubung (kepala keluarga), yakni:
1. Kalompok SAD di Desa Air Hitam, Kecamatan Air Hitam terdapat tiga Temenggung,
yaitu Temenggung Pemayung, Betraing dan Majil.
2. Kelompok SAD di Makekal terdapat empat Temenggung, yaitu Temenggung Grip,
Jelitai, Ngadap dan Ngukir.
3. Kelompok SAD di Kejasung Besak terdapat tiga Temenggung, yaitu Temenggung
Celetai, Merimbun dan Meladang.
4. Kelompok SAD di Kejasung Kecik terdapat empat Temenggung, yaitu Temenggung
Ngamai, Ngiram, Terap dan Maritua.
Polpulasi Suku Anak Dalam
Berdasarkan data survey Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi pada tahun 2010,
jumalah Suku Anak Dalam di Dearah Jambi menyebar di beberapa kawasan. Diantaranya 1.689
jiwa menepati kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), 1646 jiwa menyebar di jalur
lintas tengah Sumatra, dan 527 jiwa lainnya berada di bagian selatan Taman Nasional Bukit
Tigapuluh (TNBT).
Selain TNBD, kelompok orang rimba tersebar di Bayung Lincir, Sumatra Selatan, sekitar 8000
orang. Mereka hidup di sepanjang aliran sungai Bayung Lincir, Sungai Lilin, dan Sungai Bahar.
Kelompok lainnya menepati Taman Nasional Bukit Tigapuluh, sekitar 5000 orang. “orang
Rimba butuh sentuhan pendidikan dan penyuluhan cara hidup bersih, sehingga mereka tidak
beda dengan orang Indonesia lainnya,” ujar Tarib
Demikian sekilas cerita saya tentang Suku Anak Dalam di Desa Air Hitam. Semoga kisah ini ada
manfaatnya bagi pembaca tercinta.(pewarta de2n)